TALIABU – HabarIndonesia. Hujan deras tak menyurutkan langkah warga Desa Kawalo dan Desa Woyo, Kecamatan Taliabu Barat, untuk menyuarakan harapan mereka langsung ke Bupati Pulau Taliabu, Sashabila Widya L. Mus.
Mereka datang dengan semangat membawa petisi berisi tuntutan infrastruktur dasar. Namun, perjuangan yang rela membuat mereka basah kuyup itu harus berakhir dengan kekecewaan: sang Bupati tak kunjung menemui mereka.
Pada Senin (18/8/2025), dua unit mobil pick-up membawa rombongan perwakilan warga dari dua desa menuju Bobong, ibu kota kabupaten. Setibanya di rumah jabatan (rujab) Bupati, mereka hanya disambut oleh ajudan dan Kepala Badan Kesbangpol, Sutomo Teapon. Menurut keterangan keduanya, Bupati tidak bisa menemui warga karena sedang sakit.
Ironisnya, menurut Masno, salah satu warga Desa Kawalo, malam sebelum kedatangan warga, Bupati diketahui sempat keluar rumah untuk meninjau kondisi jembatan di Desa Ratahaya yang hampir roboh. Fakta ini memicu pertanyaan dan kekecewaan di kalangan warga, yang telah menempuh perjalanan panjang demi menyerahkan aspirasi secara langsung.
“Kami bawa petisi, tandatangan dari semua unsur masyarakat dua desa. Tapi sampai di rujab, kami cuma disuruh bertemu ajudan. Katanya Ibu Bupati sakit, padahal malamnya beliau masih sempat turun lapangan,” ungkap Masno.
Petisi yang dibawa warga berisi tiga tuntutan utama:
1. Perbaikan Jalan Gunung Sampe,
2. Pembuatan Bak Penampung Air Bersih di Lipumena,
3. Pembangunan Jembatan di Telaga Likitobi.
Ia menyebut petisi ini bukan datang tiba-tiba. Menurut mereka, sebelumnya telah ada komunikasi dengan pihak Bupati, bahkan mendapat arahan untuk membuat video dokumentasi kerusakan jalan, jembatan, dan fasilitas air bersih sebagai bahan pelengkap. Harapan besar pun ditaruh pada momentum penyerahan langsung petisi tersebut.
“Kami bukan mau demo, kami datang baik-baik, bawa harapan. Tapi akhirnya cuma diterima Kaban Kesbangpol. Kami dijanjikan akan dihubungi kembali kalau Ibu Bupati sudah sehat dan siap bertemu. Tapi belum tahu kapan, mungkin tergantung suasana hati beliau,” tambah Masno.
Meski merasa tak dihargai, Masno tetap menyerahkan petisi resmi tersebut melalui Kaban Kesbangpol. Mereka berharap Pemkab segera menanggapi tuntutan yang mereka sebut sebagai kebutuhan dasar masyarakat.
Dalam isi petisi yang ditandatangani oleh masyarakat umum, unsur adat, tokoh agama, Pj Kepala Desa, BPD, dan Badan Syarah kedua desa, mereka menyatakan bahwa suara mereka adalah representasi rakyat yang tidak boleh diabaikan.
“Kami tidak minta banyak. Cukup penuhi tiga tuntutan yang menyentuh kebutuhan pokok masyarakat. Itu saja sudah cukup bagi kami,” tutup Masno.
Kini, harapan tertinggal di balik gerbang rumah jabatan. Sementara warga Kawalo dan Woyo kembali ke desa mereka, basah kuyup bukan hanya karena hujan, tapi juga oleh rasa kecewa yang mendalam.
(Aldi Soamole)