Berita  

Pelabuhan Bisui Memprihatinkan. Lampu Jalan Mati, Fasilitas Rusak, Pemerintah Diminta Bertindak Tegas

HALSEL – HabarIndonesia. Kondisi Pelabuhan Laut di Desa Bisui, Kecamatan Gane Timur Tengah, Halmahera Selatan, kian memprihatinkan. Sejumlah fasilitas penting seperti lampu penerangan jalan, ruang tunggu, pagar, dan gerbang pelabuhan rusak parah dan tak terawat.

Situasi ini menuai keluhan dari penumpang, buruh, hingga masyarakat sekitar yang meminta perhatian serius dari pemerintah dan otoritas pelabuhan.

Pantauan awak media HabarIndonesia.id di lapangan menunjukkan bahwa area pelabuhan gelap gulita saat malam tiba. Lampu jalan dan lampu ruang tunggu sudah hampir tiga tahun tak berfungsi.

Di tengah hiruk pikuk bongkar muat barang dari KM Kieraha III, para penumpang dan buruh terpaksa bekerja dalam kondisi minim pencahayaan, yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan tindak kriminal.

“Saat malam kapal masuk, kami harus pakai senter atau datang beramai-ramai karena gelap dan menakutkan. Ruang tunggu juga bocor dan tidak nyaman. Pemerintah harus segera perbaiki,” ujar Jubaeda, salah satu penumpang KM Kieraha III, dengan nada kecewa.

Kerusakan tidak hanya pada lampu jalan. Menurut Safi, seorang buruh pelabuhan, bangunan fisik seperti gerbang utama, pagar, hingga atap dan plafon ruang tunggu sudah lama dibiarkan rusak.

Ia menilai kondisi ini mencerminkan kelalaian pihak terkait dalam merawat salah satu aset vital transportasi laut di wilayah tersebut.

“Ini bukan soal fasilitas rusak biasa, tapi ini menyangkut keselamatan kami para pekerja dan penumpang. Pemerintah dan petugas pelabuhan harus bertanggung jawab. Kami minta inspeksi menyeluruh dan langkah nyata, bukan hanya janji,” tegas Safi.

Ia menekankan bahwa kerusakan lampu bukan sekadar persoalan estetika, melainkan persoalan serius yang dapat menyebabkan kecelakaan, termasuk tabrakan kapal akibat kurangnya visibilitas.

Safi juga mendesak agar Kementerian Perhubungan melalui petugas pelabuhan setempat menerapkan sistem pemeliharaan berkala dan menggunakan teknologi modern seperti lampu tenaga surya dengan sistem pemantauan jarak jauh.

“Kita tidak bisa terus menunggu sampai ada korban. Pelabuhan ini adalah nadi ekonomi warga. Pemerintah harus segera turun tangan,” tegasnya lagi.

Ia juga mengatakan, Desakan dari warga dan pekerja pelabuhan seharusnya menjadi alarm keras bagi pemerintah daerah dan instansi terkait. Dengan banyaknya aktivitas bongkar muat dan arus penumpang, kondisi pelabuhan yang rusak dan gelap hanya akan memperbesar risiko dan menurunkan kualitas layanan.

Kini Safi beserta masyarakat menanti tindakan nyata, bukan sekadar survei atau rencana di atas kertas. Pelabuhan Bisui menuntut perhatian, anggaran, dan komitmen untuk dibenahi agar layak kembali disebut gerbang laut wilayah Gane Timur Tengah.

(Munces)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *