Berita  

Diskusi Hari Kartini Perempuan dan Ancaman Digitalisasi di IAIN Ternate

TERNATE — HabarIndonesia. Memperingati Hari Kartini, Distrik IAIN Ternate bersama organisasi kepemudaan seperti SAMURAI, PMMI, dan KAMMI, menggelar diskusi bertema “Perempuan dan Ancaman Digitalisasi” Pada senin (28/04).

Kegiatan ini menjadi ruang refleksi sekaligus ajakan bagi perempuan Maluku Utara untuk melek digital secara kritis, Selasa 29/04/25.

Pemateri pertama, Rahma dari Kopri PMMI Komisariat IAIN Ternate, mengangkat subtema “Bagaimana Arah Masa Depan Perempuan”.

Ia menyoroti bahwa perkembangan digitalisasi yang begitu pesat membawa dua sisi mata uang bagi perempuan.

“Digitalisasi memang memudahkan, tetapi juga mengikis kesadaran kritis perempuan jika tidak disikapi dengan bijak,” tegasnya.

Rahma juga menyampaikan pesan penting bagi perempuan Maluku Utara. “Gunakan media sosial bukan hanya untuk viral-viralan, tapi jadikan sebagai ruang menunjukkan konsistensi, kapasitas, dan kontribusi nyata perempuan di ranah publik,” imbuhnya.

Sementara itu, Raniah dari organisasi SAMURAI, turut memaparkan perspektif psikologis melalui subtema “Pengaruh Digitalisasi terhadap Mentalitas Perempuan”. Menurutnya,

Digitalisasi adalah tantangan kompleks yang kerap mengganggu kesehatan mental perempuan dalam berekspresi dan mengembangkan diri.

“Padahal, perempuan sebenarnya punya peluang besar dalam dunia digital. Misalnya dengan berwirausaha melalui marketplace atau bekerja jarak jauh, perempuan kini bisa produktif tanpa terhalang norma atau batas geografis,” jelas Raniah.

Diskusi semakin menguat ketika Ardina, Kepala Bidang BP KAMMI Komisariat IAIN Ternate, membahas tentang peran perempuan dalam kepemimpinan Islam.

“Islam memberi ruang luas bagi perempuan untuk berkontribusi, termasuk dalam kepemimpinan. Dan era digital justru memperbesar peluang itu,” katanya.

Menurut Ardina, dunia digital membongkar sekat-sekat fisik dan budaya yang dahulu membatasi partisipasi perempuan. Namun, ia juga menekankan bahwa tantangan digital tak bisa dipandang sebelah mata.

“Hoaks, cyber bullying, standar kecantikan palsu hingga eksploitasi perempuan jadi tantangan serius yang harus dijawab dengan kecerdasan emosional, prinsip spiritual, dan literasi digital,” tambahnya.

Diskusi ini tidak hanya menjadi ajang peringatan Hari Kartini, tetapi juga momentum menyatukan suara perempuan Maluku Utara dalam menghadapi era digital dengan tegas dan berdaya.

(Apot)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *