Berita  

Pemuda Lintas Iman Belajar Toleransi dan Budaya dari Rumah Ibadah dan Kesultanan di Ternate

TERNATE – HabarIndinesia.id. Eco Bhinneka Muhammadiyah Ternate, Maluku Utara, menggelar ‘Tagilom’ bertajuk ‘Keberagaman Budaya dan Lingkungan Lintas Iman’, dengan berkunjung dan diskusi di rumah-rumah ibadah yaitu Gereja dan Klenteng, serta Kedaton Kesultanan Ternate.

Kegiatan yang dilaksanakan pada 30 Agustus 2025 tersebut menjadi puncak sekaligus penutup program Inisiatif Bersama untuk Aksi Keagamaan yang Strategis (Joint Initiative for Strategic Religious Action) yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah di Ternate.

Tagilom kami ambil dari bahasa lokal Ternate yang artinya ‘berjalan bersama’. Tagilom ke rumah-rumah ibadah dan kedaton kesultanan Ternate ini bertujuan untuk mempelajari peran kepemimpinan tokoh lintas agama dan pimpinan Kesultanan Ternate dalam merawat kerukunan dan perdamaian di Kota Ternate,” ungkap Usman Mansur, Regional Manager Eco Bhinneka Muhammadiyah Maluku Utara.

Acara ini diikuti lebih dari 60 orang pemuda lintas iman se Kota Ternate yang berasal dari berbagai organisasi. Organisasi tersebut di antaranya yaitu Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku (AMGPM), Gereja Kalvari Pantekosta Misi Indonesia, masyarakat Dusun TabangaTabanga, Kelurahan Sulamadaha, Orang Muda Katolik, Himpunan Mahasiswa Kristen Universitas Maluku Utara.

Selain itu hadir juga dari SMP Muhammadiyah 2 Kota Ternate, SMA Muhamadiyah Kota Ternate, Nasyiatul Aisyiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, dan Anak Muda Sadar Sampah (ANKAM) Maluku Utara.

Lokasi kunjungan Tagilom pertama yaitu di Gereja Katolik-Paroki Santo Willibrordus Ternate, Keuskupan Ambonia. Gereja yang terletak di Jalan Salim Fabanyo 57 Ternate ini merupakan gereja tertua di Indonesia dan menjadi cagar budaya di Kota Ternate.

Terdapat sebuah lonceng tua yang juga menjadi ikon cagar budaya dari gereja ini. Oleh nasionalis Portugis pada 7 November 1936, gereja ini dibangun dengan menggunakan bahan-bahan lokal, seperti dari batu-batu dari sisa erupsi Gunung Gamalama.

Hal tersebut diutarakan oleh Pastor Titus Rahail, Pastor Paroki Ternate sekaligus Pimpinan Umat Katolik Provinsi Maluku Utara.

“Gereja ini saat konflik komunal dijadikan tempat mengungsi, ini bagian dari nilai kemanusiaan yang diperjuangkan oleh Gereja Katolik,” kenangnya.

seraya menegaskan bahwa konflik komunal membuat semua pihak menderita, semua pihak rugi, dan tidak ada yang menang ataupun kalah.

“Tugas kita membangun perdamaian, menyembuhkan luka, dengan membangun relasi, komunikasi yang positif, serta saling menghargai,” ajaknya. “Maka saya memberikan apresiasi dari berbagai kelompok, terutama Muhammadiyah, yang melibatkan anak muda membangun persaudaraan,” imbuh Pastor Titus.

Lokasi kunjungan Tagilom kedua yaitu di Klenteng Thian Hou Kiong yang terletak di Jalan Gamalama, Ternate Tengah, Kota Ternate. Klenteng ini menjadi saksi penyebaran agama Khonghucu di Ternate. Penyebaran ini dibawa oleh para pedagang dari Cina yang datang ke Ternate melalui jalur sutra.

Laksamana Cheng Ho, seorang muslim yang moderat – memimpin pelayaran pedagang dari Cina ke Maluku Utara untuk berdagang cengkeh, pala, dan kopra, sebagai bahan obat-obatan tradisional di Cina.

Cerita sejarah tersebut disampaikan oleh Js. Boy Ang selaku Pendeta Khonghucu. “Tujuan kita hidup beragama, kita saling membantu dan mendukung, senantiasa melakukan kebaikan dan kebajikan, serta menghormati sesama,” ungkapnya yang telah mengabdi selama 35 tahun sebagai Abdi Dalam dan Kapita Cina di Kesultanan Ternate.

“Saat konflik horizontal 1999, tempat ibadah ini juga menjadi tempat menginap saudara-saudara muslim,” katanya.

Di tengah jumlah pemeluk agama Khonghucu 0,03 % dari jumlah penduduk di Kota Ternate, Pendeta Boy selalu mengajarkan kepada pemeluk Khonghucu bahwa sesama manusia itu bersaudara.

“Dengan pengetahuan yang cukup, kita bisa membina diri kita, kemudian kita bisa membina orang lain,” pesannya.

Lokasi Tagilom berikutnya yakni di Kedaton Kesultanan Ternate. “Sejak 1257, Kesultanan Ternate selalu mengedepankan persaudaraan, dan menerima segala suku yang datang,” ungkap Irwan Abdul Gani selaku Sekretaris Kesultanan Ternate. Di Kesultanan ini, lanjut Irwan, terdapat Kapita Cina, Arab, dan Bugis.

Dalam praktik keagamaan di Ternate, mudah dijumpai antar umat beragama saling mendukung seperti ketika perayaan idulfitri misalnya, terdapat anggota Kesultanan yang beragama Kristen dari Tabanga yang ikut mengawal Sultan ketika menjalankan ibadah shalat id. Selain itu, pemilihan Sultan di Kesultanan Ternate juga dilakukan secara demokratis.

“Mudah-mudahan dengan program Eco Bhinneka Muhammadiyah ini, toleransi menjadi garda terdepan untuk keragaman, menjaga negeri ini dalam suasana aman, damai, dan bahagia,” pungkasnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Maluku Utara Bidang Tabligh dan Tarjih Dr. Makbul A.H. Din, menyebut bahwa program Eco Bhinneka Muhammadiyah diselenggarakan dalam rangka mempersiapkan generasi muda lintas iman yang peduli lingkungan, sekaligus sebagai wadah silaturahmi.

“Kesadaran lingkungan merupakan hal penting demi keberlangsungan generasi yang akan datang. Keberagaman adalah hal yang lumrah, mari kita tingkatkan kolaborasi dan kerjasama untuk menyelesaikan berbagai persoalan lingkungan dan kemanusiaan. Bravo,” ucap Dr. Makbul.

Lebih lanjut, Direktur Program Eco Bhinneka Muhammadiyah, Hening Parlan, menggarisbawahi dari fakta sejarah bahwa sebuah daerah tidak akan maju jika didukung hanya oleh satu agama.

“Ketika kita mau menapak ke depan kita perlu mengingat sejarah. Dengan melihat sejarah masa lalu kita jadi belajar, dan masa lalu yang baik bisa terus kita suarakan atau narasikan melalui berbagai jenis konten, baik melalui tulisan, bahkan video pendek 30 detik saja,” ujarnya.

Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah ini juga berpesan bahwa perbedaan adalah anugrah, dan anak muda memiliki kekuatan untuk melakukan perubahan melalui karya dan aksi nyata.

Tentang Eco Bhinneka Muhammadiyah Maluku Utara

Eco Bhinneka Muhammadiyah Maluku Utara merupakan program lintas iman yang diinisiasi Muhammadiyah sebagai bagian dari Joint Initiative for Strategic Religious Action (JISRA). Sejak hadir di Ternate – Maluku Utara, program ini berfokus pada peningkatan kesadaran ekologi sekaligus merawat kerukunan dengan melibatkan pemuda lintas iman dalam berbagai aksi nyata, khususnya pengelolaan sampah pesisir laut.

Narahubung

Usman Mansur – 082187370163

Fadila Syahril – 081297292496

Farah Adiba – 08112551236

(Opal/Koces)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *