Ternate – HabarIndonesia. Dalam rangka memperingati Hari Kartini Nasional, Kerukunan Pelajar Mahasiswa Galela (KPMG) Maluku Utara menggelar dialog publik bertajuk “R.A Kartini Sebagai Kilas Balik Gerakan Perempuan: Tantangan Masa Dulu, Kini dan Nanti”, Jumat (25/04/25) malam di Kopi Sabeba, Kota Ternate.
Kegiatan ini berlangsung hangat dan penuh antusiasme dari berbagai kalangan mahasiswa serta masyarakat umum.
Dialog ini menghadirkan empat narasumber berkompeten, yakni Adam Basirun, S.H., M.H. yang membahas tentang urgensi pendidikan; Yulia Pihang, S.H.; Qenan Rahullah; serta Astuti N. Kilwouw.
Keempat pemateri memberikan perspektif luas tentang perjuangan perempuan dari masa ke masa, serta tantangan-tantangan yang dihadapi di era modern.
Ketua KPMG Malut, Yusmiyanti Y. Hamisi, dalam sambutannya menekankan pentingnya menyadari kembali nilai-nilai perjuangan Kartini.
“Dialog ini sengaja kami buat untuk mengingatkan kita semua bahwa perjuangan seorang tokoh perempuan tidak sekadar soal gender, tetapi tentang keadilan atas hak-hak dasar manusia tanpa diskriminasi biologis,” ujarnya.
Selain mengupas sejarah perjuangan Kartini, Yusmiyanti menjelaskan bahwa forum ini juga membahas problematika nyata yang masih sering menimpa perempuan di Indonesia, termasuk di Maluku Utara.
Sub-tema yang dibahas antara lain kekerasan seksual, KDRT, pencabulan anak di bawah umur, baik verbal maupun nonverbal.
“Kami tidak bisa menutup mata bahwa banyak kasus kekerasan terhadap perempuan yang pelakunya berasal dari berbagai kalangan, mulai dari dokter, dosen, polisi, TNI, PNS, guru, bahkan orang-orang terdekat seperti ayah, saudara, hingga teman,” tambah Yusmiyanti dengan nada prihatin.
Ia menyoroti bahwa kasus-kasus tersebut sering kali dianggap remeh oleh masyarakat. Bahkan dalam proses hukum, tidak jarang terjadi praktik “kongkalikong” yang menyebabkan pelaku tidak mendapatkan hukuman semestinya.
“Ini sangat memprihatinkan dan seharusnya menjadi perhatian serius bagi pihak kepolisian dan lembaga hukum lainnya,” tegasnya.
Yusmiyanti juga mengkritisi budaya tutup mata yang kerap terjadi dalam masyarakat, dimana banyak korban akhirnya tidak mendapatkan keadilan.
Ia mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya generasi muda, untuk lebih peka dan berani mengawal kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan.
“Harapan saya ke depan, kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan tidak lagi terjadi. Mari kita bersama-sama mengawal hingga pelaku mendapatkan hukuman yang setimpal sesuai dengan undang-undang yang berlaku,” harap Yusmiyanti mengakhiri sesi dialog dengan penuh semangat.
Dialog publik KPMG Malut ini menjadi momentum penting untuk membangkitkan kesadaran kolektif akan pentingnya melindungi perempuan serta memperjuangkan keadilan sosial, sejalan dengan semangat emansipasi yang diwariskan R.A Kartini.
(Agis)