Berita  

Green Campus Blue Seminary II, Kolaborasi Lintas Iman untuk Bumi ”Imanku, Aksiku, Bumi Kita”

JAKARTA – HabarIndonesia.id. Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Jakarta sukses menyelenggarakan Green Campus Blue Seminary II (GCBS II), sebuah program kolaboratif lintas iman yang mengusung tema besar: “Interfaith Collaboration for the Earth: Imanku, Aksiku, Bumi Kita”.

Kegiatan ini menjadi ruang inspiratif dan transformatif bagi para pemuka agama, akademisi, mahasiswa, dan komunitas peduli lingkungan untuk bersatu dalam aksi menjaga kelestarian bumi.

Kegiatan tahunan ini menegaskan peran teologi bukan sekadar pengajaran doktrinal, melainkan praksis iman yang menyentuh langsung isu-isu kemanusiaan dan ekologis.

Pdt. Agustinus Setiawidi, Wakil Ketua 1 STFT Jakarta, dalam sambutannya menyatakan bahwa teologi dan ekologi adalah dua dimensi yang tak terpisahkan.

“Iman harus diterjemahkan dalam aksi, dan aksi itu adalah bentuk kasih terhadap bumi, ciptaan Tuhan,” ujarnya Pdt, Agistinus kepada awak media. Senin 22/099/25.

Dalam sesi Eco Talk, Parid Ridwanuddin, Campaign Manager GreenFaith Indonesia, menekankan pentingnya modal yang dimiliki komunitas agama jumlah pengikut, sumber daya, dan institusi yang kuat sebagai kekuatan utama dalam menggerakkan perubahan ekologis.

Ia merujuk pada Faith Pavilion dalam COP27 di Mesir sebagai bukti global bahwa agama memiliki posisi strategis dalam merespons krisis iklim.

Suara keprihatinan datang dari Ahsan Hamidi, pegiat Eco Bhinneka Muhammadiyah, yang mengangkat isu banjir di Bali dan Lampung sebagai contoh nyata dampak dari kerusakan ekologis.

“Air tidak pernah bertanya tentang agama. Bencana adalah pengingat keras bahwa eksploitasi bumi harus dihentikan,” tegasnya, sembari mengajak seluruh peserta untuk bersatu menjaga bumi sebagai rumah bersama.

Dukungan penuh juga datang dari kalangan gereja. Pdt. Manuel Raintung, perwakilan Majelis Sinode GPIB, menyebut inisiatif GCBS sebagai wadah penting untuk belajar merawat bumi.

Ia menceritakan langkah GPIB menuju gereja ramah lingkungan sejak deklarasi tahun 2023, termasuk lewat liturgi dan khotbah bertema ekologi yang kini rutin dilakukan di berbagai jemaat.

Agenda GCBS II dimulai dengan doa lintas iman, yang menjadi simbol persatuan spiritualitas dalam menjaga bumi.

Dilanjutkan dengan Eco Talk, yang mempertemukan tokoh-tokoh lintas agama seperti Prof. Syafiq A. Mughni (Muhammadiyah), Pdt. Meilanny Risamasu (GPIB), Js. Rusya Supit (Khonghucu), Pandita Astono Chandra (Hindu), dan Engkus Ruswana (Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia).

Para tokoh ini menyuarakan perspektif iman masing-masing dalam menjaga bumi sebagai bentuk tanggung jawab spiritual.

Salah satu daya tarik utama GCBS II adalah pameran ekologi yang menghadirkan karya dan gerakan dari komunitas dan organisasi seperti Eco Bhinneka Muhammadiyah, Laudato Si’ Indonesia, Eco Enzyme, Mahasiswa Esa Unggul, UKM GEMBEL STFT, Tim Habituasi STFT, dan lainnya.

Pameran ini memperlihatkan bentuk konkret kolaborasi iman dan aksi ekologis, mulai dari produk daur ulang hingga karya seni dari limbah.

Ajang kreativitas pun turut hadir melalui Kompetisi Video Reels Instagram bertema ‘Imanku, Aksiku, Bumi Kita’. Karya-karya terpilih memperlihatkan bagaimana generasi muda mengolah pesan ekologis melalui medium digital yang menginspirasi.

Sebagai penutup, seluruh peserta bergabung dalam sebuah campaign performance lewat tarian “Web of Life”, yang merepresentasikan keterhubungan antara manusia, alam, dan spiritualitas.

Momen ini menjadi simbol kesatuan langkah dalam menanggapi krisis iklim secara kolektif dan penuh harapan.

Melalui GCBS II, STFT Jakarta bersama mitra lintas iman terus berkomitmen untuk menumbuhkan solidaritas ekologis dan mempertegas bahwa iman tanpa aksi bagi bumi adalah iman yang belum utuh.

Ini adalah gerakan yang lahir dari kesadaran kolektif bahwa bumi bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga amanat suci yang harus dijaga bersama.

(Etos/Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *