Halsel-Habarindonesia. Basarnas dilarang memasuki Rumah Sakit Umum (RSU) Labuha oleh sejumlah wartawan dan anggota tim pencari yang terlibat dalam upaya evakuasi mayat almarhum Sahril Helmi, seorang wartawan Metro TV yang menjadi korban ledakan speedboat Basarnas RIP04 di sekitar perairan Gita, Kepulauan Kota Tidore. Keputusan tersebut didasari pada ketidakpuasan wartawan terhadap sikap Basarnas yang dianggap tidak serius dalam pencarian korban. Sabtu 08/02/25
Tim pencari yang terdiri dari jurnalis Halmahera Selatan, Ditpolairud Bacan Timur, anggota Kodim 1509/Labuha, dan warga setempat berhasil menemukan mayat Sahril setelah pencarian selama dua hari dua malam. Namun, kehadiran Basarnas di lokasi untuk menemui jenazah menuai penolakan keras dari wartawan yang merasa kerja keras mereka tidak dihargai.
Sebuah video berdurasi satu menit tujuh detik yang tersebar di beberapa grup media sosial memperlihatkan suasana di depan RSU Labuha. Dalam video tersebut, sejumlah wartawan dengan tegas menghalangi Basarnas untuk menemui jenazah. Mereka bahkan menyuarakan kemarahan dan kekecewaan atas sikap Basarnas yang dinilai hanya “enak-enakan” setelah proses pencarian selesai.
“Kami atas nama teman-teman wartawan Halsel, kami tidak izinkan Basarnas masuk. Pokoknya tidak bisa, enak saja kita yang bersusah payah mencari dan menemukan, kalian enak-enak saja,” ujar salah seorang wartawan dalam video tersebut dengan nada marah.
Wartawan yang terlibat dalam pencarian korban merasa kecewa karena mereka menganggap Basarnas tidak memiliki upaya maksimal dalam mencari Sharil Helmi. “Kami tetap menolak, kami kecewa dengan kalian. Kita keliling mencari dua hari dua malam baru menemukan, baru kalian kesini mau masuk se-enak kalian saja,” tambah wartawan lainnya dengan nada penuh kekecewaan.
Sikap tegas wartawan ini mendapat dukungan dari sejumlah warga setempat yang merasa bahwa mereka turut berperan penting dalam keberhasilan evakuasi. Meski demikian, peristiwa ini mencuatkan pertanyaan mengenai koordinasi antara Basarnas dan tim pencari yang terlibat.
Lanjut mereka “Dari pihak Basarnas ternate tersebut tujuan datang masuk untuk membawa jenazah, karna ini juga permintaan dari keluarga yang tidak mau pihak Basarnas membawa jenazah tersebut.” Imbuhnya.
Insiden ini menambah panjang daftar ketegangan antara Basarnas dan beberapa kelompok yang merasa keberadaan mereka tidak dihargai dalam upaya penyelamatan dan pencarian korban. Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari Basarnas mengenai insiden tersebut.
Sahril Helmi, yang dikenal sebagai wartawan Metro TV, meninggal dunia setelah speedboat yang ia tumpangi meledak saat bertugas di daerah tersebut. Kejadian ini mengejutkan dunia jurnalistik di Indonesia, dan hingga kini, penyelidikan lebih lanjut terkait ledakan tersebut masih berlangsung.
(Red)